Stunting masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan anak-anak di Indonesia. Seringkali disalahartikan hanya sebagai masalah “tubuh pendek”, padahal dampak stunting jauh lebih serius daripada sekadar tinggi badan. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang dampaknya bisa seumur hidup.
Kabar baiknya, stunting dapat dicegah. Kuncinya terletak pada periode emas yang disebut 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).
Apa itu 1000 Hari Pertama Kehidupan?
1000 HPK adalah masa yang dihitung mulai dari pembuahan di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Ini adalah periode kritis di mana otak dan tubuh anak berkembang paling pesat. Jika pada masa ini anak kekurangan gizi, dampaknya sulit diperbaiki di kemudian hari.
Berikut adalah langkah-langkah konkret pencegahan stunting berdasarkan fase kehidupan:
1. Masa Kehamilan: Fondasi Awal
Pencegahan dimulai bahkan sebelum bayi lahir. Ibu hamil harus memastikan asupan gizinya tercukupi agar janin tumbuh optimal.
- Penuhi Gizi Seimbang: Ibu hamil wajib mengonsumsi makanan yang mengandung protein hewani (ikan, telur, daging), sayuran, dan buah.
- Tablet Tambah Darah (TTD): Minum TTD minimal 90 tablet selama kehamilan untuk mencegah anemia.
- Rutin Periksa Kehamilan (ANC): Lakukan pemeriksaan minimal 6 kali selama kehamilan untuk memantau kesehatan ibu dan janin.
2. Masa Bayi (0-6 Bulan): ASI adalah yang Terbaik
Setelah lahir, bayi membutuhkan perlindungan dan nutrisi terbaik yang hanya bisa didapatkan dari ASI.
- Inisiasi Menyusu Dini (IMD): Segera setelah lahir, letakkan bayi di dada ibu agar ia mencari puting susu sendiri. Ini langkah awal kesuksesan ASI.
- ASI Eksklusif: Berikan hanya ASI selama 6 bulan pertama. Tanpa air putih, pisang, atau susu formula (kecuali ada indikasi medis). ASI mengandung antibodi yang melindungi bayi dari infeksi.
3. Masa Batita (6-24 Bulan): Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Saat berusia 6 bulan, kebutuhan energi bayi meningkat dan ASI saja tidak lagi cukup.
- MPASI Bergizi: Berikan makanan pendamping yang kaya Protein Hewani (telur, hati ayam, ikan, daging). Protein hewani terbukti efektif mencegah stunting karena mengandung asam amino lengkap yang memacu pertumbuhan.
- Tekstur dan Frekuensi: Sesuaikan tekstur makanan dengan usia anak dan berikan secara bertahap namun sering.
- Teruskan ASI: ASI tetap diberikan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.
4. Lingkungan Bersih: Sanitasi dan Air Bersih
Penyebab stunting bukan hanya soal makan, tetapi juga infeksi berulang (seperti diare atau cacingan) yang membuat tubuh anak gagal menyerap nutrisi.
- Jamban Sehat: Pastikan keluarga memiliki dan menggunakan jamban yang layak. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS).
- Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS): Biasakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan, sebelum menyuapi anak, dan setelah dari toilet.
- Air Minum Layak: Pastikan sumber air minum bersih dan dimasak hingga matang.
5. Pola Asuh dan Pemantauan Rutin
Peran orang tua dan masyarakat sangat vital dalam memantau tumbuh kembang anak.
- Rutin ke Posyandu: Bawa anak ke Posyandu setiap bulan untuk diukur tinggi dan berat badannya. Jika berat badan tidak naik, segera konsultasikan ke petugas kesehatan.
- Imunisasi Lengkap: Pastikan anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap agar kebal terhadap penyakit berbahaya.
Penutup
Mencegah stunting adalah investasi terbaik untuk masa depan bangsa. Anak yang bebas stunting akan tumbuh menjadi anak yang cerdas, sehat, dan produktif. Mari kita mulai dari lingkungan keluarga kita sendiri: perhatikan asupan gizi, jaga kebersihan, dan pantau terus tumbuh kembang buah hati kita.
Cegah Stunting, Itu Penting!